Uni Eropa, Timur Tengah, dan Indonesia Membahas Palestina di Perancis

 

Bendera Palestina yang belum rapih (Freepik).

Banyak negara Uni Eropa, beserta negara Timur Tengah (dan Indonesia) mengikuti rapat bersama membahas negara Palestina pada hari Kamis (9/10) lalu di ibukota Paris, Perancis. Rapat dilaksanakan untuk membahas 20 poin arahan Presiden AS Donald Trump, yang mengacu pada kemerdekaan Palestina.

Dilansir dari Eunews, seluruh dunia telah memantau tanpa henti selama dua tahun lamanya konflik Israel dan Hamas di Gaza. Negara sedunia dibatasi oleh hukum internasional dan mencoba berbagai bantuan kemanusiaan menuju Palestina. 

Kini, 20 poin telah direncanakan oleh Presiden AS Donald Trump, yang akan diikuti oleh berbagai negara dari Eropa, Timur Tengah, Amerika, Afrika dan Asia.

Negara yang mendukung rapat ini diantaranya adalah E4 yang terdiri dari Perancis, Italia, Jerman, Inggris Raya, beserta Liga Arab yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Yordania, dan Mesir. Terdapat pula negara Spanyol, Turki, Kanada dan Indonesia.

Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri, Kaja Kallas, menyatakan tanpa ragu bahwa, "Kami adalah donor terbesar bagi Palestina dalam segi bantuan kemanusiaan dan dukungan kepada Otoritas Palestina."

"Karena itu, saya percaya dengan kontribusi dari kami, maka kita harus duduk bersama di meja negosiasi ini demi berdiskusi (Palestina)," ujar Kallas pada hari Kamis di Paris, saat Presiden Perancis Emmanuel Macron menyambut banyak delegasi dari negara Arab dan Eropa.

Rapat bersama ini direncanakan setelah presentasi dari Trump dan Perdana Menteri Israel Netanyahu, yang mengakui masalah darurat setelah Hamas dan keamanan Israel setuju dalam berbagai hal.

"Momen ini adalah tahap pertama di Gaza sebagai langkah besar menuju perdamaian, karena itu kami butuh rencana setelahnya, dan itulah mengapa kami semua berada di (rapat) ini. Seluruh rencana harus berfungsi dengan dukungan internasional," ujar kepala diplomasi Uni Eropa tersebut.

Pesan pertama adalah dengan mendukung rencana Trump. Namun, implementasi tetap diragukan, dan mungkin dikesampingkan. "Uni Eropa berperan penting agar implementasi (rencana Trump) dilaksanakan dengan benar," ujar Komisi Uni Eropa pada hari Jumat (10/10).

Istana Elysee di Perancis menegaskan bahwa masa depan Gaza tidak digenggam oleh Donald Trump saja. "Kami semua memiliki peran sebagai Pasukan Stabilisasi (di Palestina)," ujar Presiden Macron, yang mengacu bahwa tugas mereka adalah tetap menjaga perdamaian dan pemerintahan saat transisi Otoritas Palestina.

Menurut Elysee, seluruh proses harus sesuai dengan konteks dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN). Perancis dan Inggris Raya kini mendorong PBB agar memastikan waktu dan aturan keterlibatan mengenai kehadiran militer Internasional di Gaza.

Setelah proses tersebut, seluruh keraguan mengenai Konsulat Perdamaian yang dimulai oleh Trump dan Mantan Perdana Menteri Inggris Raya Tony Blair, yang nantinya mengamankan Jalur Gaza secara sementara, dapat segera terurai. 

Dari sudut pandang militer, Uni Eropa siap berperan dalam mengirimkan kembali Misi EUBAM di perbatasan Rafah dan mengamankan mandat dari misi EUPOL COPPS. Kedua misi tersebut untuk melatih dan mendukung anggota kepolisian Palestina, yang dapat membantu pula Pasukan Stabilisasi (selama beroperasi).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Negara Mengakui Kedaulatan Negara Palestina saat Majelis Umum PBB

Sejarah Awal Terbentuknya Pariwisata Sebagai Komoditas Budaya

Contoh Kasus Obat Resep Dokter Berujung Adiksi Heroin

Animasi 2D Mantap dari Indonesia ala Panji Tengkorak

Komedi Horor ala Sunda di Film Kang Solah From Kang Mak X Nenek Gayung

Timo Tjahjanto Menyutradarai Film Nobody 2

Fitur Keamanan Instagram dan Youtube Bagi Anak Kecil dan Remaja

Sungai Sebagai Bagian Peradaban Manusia

Cara Louis Braille Merelovusi Sistem Penulisan Aksara

Gejala dan Pencegahan Demam Berdarah