Sejarah Pendidikan Kedokteran Sejak Jaman Pertengahan

 

Ilustrasi seorang dokter (Pexels).

Pendidikan medis adalah proses pelatihan formal dimana seseorang mendapatkan pengetahuan, kemampuan dan kompeten secara profesional yang dibutuhkan dalam perannya sebagai dokter. 

Seperti dilansir dari Britannica, pendidikan kedokteran mengembahkan dan sesuai dengan tujuannya untuk mengkaji berbagai faktor tidak dikenal yang memproduksi penyakit atau kesehatan manusia.

Berbagai tujuan pendidikan kedokteran adalah menghasilkan dokter yang sensitif pada kebutuhan kesehatan pasien, mampu membantu yang sedang membutuhkan, dan waspada dengan butuhnya melanjutkan pendidikan mereka.

Walau banyak elemen dasar yang sesuai dengan semuanya, detail tetap bervariasi dari banyak tempat dan waktunya. Berbagai kurikulum yang dilaksanakan, secara ideal akan fleksibel untuk modifikasi yang sesuai dengan perubahan situasi, perkembangan ilmu medis, dan kebutuhan untuk berubah.

Sejarah Pendidikan Medis

Walau sulit mengindetifikasi asal muasal pendidikan medis, aparat biasanya menganggap dimulai sejak metode Yunani Kuno mengenai penyelidikan rasional, yang mengenalkan praktek observasi dan penalaran mengenai penyakit.

Interpretasi dan diskusi rasional, mengacu pada pengajaran yang lalu membentuk sekolah seperti di Cos, dimana dokter Yunani Hippocrates mengajar pada abad 5 sebelum Masehi, dan membentuk pula Sumpah Hippokrates, yang menjadi paham para praktisi medis sepanjang masa.

Berikutnya, agama Kristen berkontribusi banyak pada pembelajaran dan pengajaran medis di Barat, karena disukai dengan pelindungan dan perawatan pada orang sakit melalui observasi, analisis, dan diskusi diantara para dokter, dengan berbagai kesempatan perbandingannya.

Pelatihan magang di klinik dan rumah sakit biara didominasi oleh pendidikan medis selama awal Jaman Pertengahan lalu. Bentuk ini adalah sebuah sekolah medis, namun tidak begitu berkembang hingga berdirinya sekolah medis di Salerno, wilayah selatan Italia antara abad 9 hingga 11.

Walau masih menggunakan sistem magang, tetapi terdapat usaha sistemasi ilmu pada jaman tersebut, dimana berbagai aturan kesehatan dicanangkan, formasi registrasi praktisi kesehatan disetujui oleh Kaisar Romawi Frederick II. 

Pada jaman yang sama, pendidikan obat-obatan dan medis semakin berkembang di wilayah Muslim, yang berpusat di Baghdad, Kairo, dan Kordoba.

Dengan semakin banyaknya universitas di Italia, Cracow, Praha, Paris, Okxford, dan banyak lainnya di Eropa barat, guru medis akhirnya keluar dari rumah sakit dan diberikan gelar universitas bersama sistem pengajarannya.

Hasilnya adalah kajian medis yang semakin familiar dengan teori mengenai penyakit, daripada orang sakit. Didirikannya Royal College of Physicians of London pada tahun 1518, yang berasal dari gagasan Thomas Linacre, akhirnya menghasilkan sistem yang dikenal sebagai ujian bagi praktisi medis.

Penemuan sirkulasi darah oleh William Harvey menyediakan rangsangan bagi kajian sains mengenai proses tumbuh, yang mengurangi fokus pada tradisi teori dan doktrinnya.

Secara bertahap pada abad 17 hingga 18, nilai dari pengalaman dan pelatihan rumah sakit, mengenai pandangan, pendengaran, dan sentuhan muridnya pada penyakit direka ulang.

Di Eropa, edukasi kedokteran akhinya mulai menerapkan sistem modern, dengan penerapan yang mengacu pada perkembangan sains alami hingga merawat langsung pasien.

Tedapat perkembangan pula pada kajian sistematis mengenai anatomi, botani, dan kimia, yang ketiganya dianggap sebagai dasar dari kedokteran.

Kembalinya bantuan langsung pasien merubah rumah sakit dari lokasi bagi yang miskin, sakit, atau tuna yang didanai sukarela dan kepentingan religius, menjadi sebuah gedung yang berisi staf ahli, alat medis yang cukup, dan gedung terawat yang bisa digunakan oleh seluruh komunitas dan dijaga dengan pendanaan swasta maupun publik. 

Hingga akhirnya di abad 19, terdapat pola pengajaran yang mengacu pada sains. Pola ini adalah kurikulum medis yang diadaptasi oleh sekolah medis di Barat. Sistem ini berdasar pada pengajaran, yaitu saat siswa lebih banyak mendengar, daripada belajar, dimana siswa lebih investigatif.

Komponen klinis, biasanya berada di rumah sakit (institusi sukarela yang diisi oleh konsultan tidak berbayar), kurang terorganisir.

Arah baru bagi pendidikan kedokteran akhirnya dideskripsikan saat momen penting di Inggris Raya, yang mendirikan Dewan Medis Umum. Fungsinya adalah untuk mengendalikan registrasi medis, yang memiliki tanggung jawab atas pengecekan dan edukasi medis.

Medis semakin berkembang, dengan penemuan oleh Louis Pasteur, yang menunjukkan relasi dari organisme mikro dan berbagai penyakit, lalu penerapan Joseph Lister dari konsep Pasteur menjadi operasi bedah, dan kajian Rudolf Virchow dan Robert Koch pada patologi dan bakteriologi, dengan tingkatan sel. 

Di AS, pendidikan medis dipengaruhi oleh contoh John Hopkins Medical School di Baltimore, tahun 1893 lalu. Universitas ini hanya menerima lulusan perguruan tinggi dengan pelatihan satu tahun di bidang ilmu pengetahuan alam.

Pekerjaan klinisnya sangat bagus karena dibantu oleh Johhs Hopkins Hospital, mengacu pada pengajaran dan penelitian yang dilaksanakan oleh anggota fakultas.

Kesetaraan sekolah medis di AS semakin meningkan setelah publikasi Carnegie Foundation for the Advancement of Teaching, yang dirilis oleh pengajar Abraham Flexner pada tahun 1910.

Kajian ini langsung berdampak besar, yang menunjukkan bahwa edukasi medis adalah bentuk sebuah edukasi daripada proses misterius dari profesional atau magang. 

Karena itu, dibutuhkanlah staf akademik, yang bekerja sepenuh waktu di departmennya, dengan tanggung jawabnya dalam mata kuliah dan siswa yang sedang mempelajarinya.

Pendidikan kedokteran membutuhkan laboratorium, perpustakaan, ruang mengajar, akses yang siap pada rumah sakit, serta administrasi yang langsung berada dan mempengaruhi staf akademiknya.

Dibantu oleh Dewan Pendidikan Umum, Rockefeller Foundation, dan banyak donor pribadi, pendidikan kedokteran di AS dan Kanada semakin berkarakter akibat peningkatan subtansial pada tahun 1913 hingga 1929, yang berdasarkan pada kajian Flexner.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Negara Mengakui Kedaulatan Negara Palestina saat Majelis Umum PBB

Sejarah Awal Terbentuknya Pariwisata Sebagai Komoditas Budaya

Contoh Kasus Obat Resep Dokter Berujung Adiksi Heroin

Animasi 2D Mantap dari Indonesia ala Panji Tengkorak

Komedi Horor ala Sunda di Film Kang Solah From Kang Mak X Nenek Gayung

Timo Tjahjanto Menyutradarai Film Nobody 2

Fitur Keamanan Instagram dan Youtube Bagi Anak Kecil dan Remaja

Sungai Sebagai Bagian Peradaban Manusia

Cara Louis Braille Merelovusi Sistem Penulisan Aksara

Gejala dan Pencegahan Demam Berdarah