Sejarah dan Fungsi Museum Sebagai Koleksi Warisan Budaya

 

Ilustrasi museum di tengah kota antara masyarakatnya (Freepik).

Museum adalah institusi yang didedikasikan untuk menjaga dan menginterpretasi bukti nyata utama dari peradaban manusia dan lingkungannya (sekaligus alam).

Dilansir dari Britannica, musem fungsinya menjaga bukti utama, maka berbeda dengan perpustakaan, walau sering disamakan. Museum memiliki koleksi barang unik yang menggantikan materi mentah dari banyak kajian dan penelitian.

Di banyak kasus, barang bukti ilmiah diambil dari waktu, tempat, dan situasi di konteks aslinya, dan koleksi musem dapat berkomunikasi langsung kepada pengunjungnya dengan cara yang tidak mungkin melalui media lain.

Museum didirikan dengan berbagai tujuan, diantaranya sebagai fasilitas rekreasi, pameran ilmiah, dan sumber daya edukasi. Tujuan utamanya adalah berkontribusi pada kualitas hidup di lokasinya berada, menarik turis, mempromosikan kebanggaan nasional, atau bahkan menyalurkan konsep ideologi. 

Dengan berbagai variasi tujuan, museum memiliki banyak ragam bentuk, isi, dan bahkan fungsi, namun dengan tujuan yang sama, yaitu untuk preservasi dan interpretasi aspek materi dari kesadaran budaya di masyarakat.

Etimologi dan Sejarah Museum

Kata museum berasal dari Yunani kuno, yaitu mouseion, yang berarti 'kursi untuk merenung' yang didesain sebagai institusi filosifis dan lokasi perenungan. Katanya berubah menjadi bahasa latin, dengan nama museum, yang digunakan oleh Romawi kuno sebagai lokasi diskusi filosofis. 

Maka, Museum Aleksandria yang didirikan oleh Ptelemy I Soter pada abad 3 Sebelum Masehi, adalah lokasi para ilmuwan dan perpustakaannya. Museum ini adalah purwarupa universitas daripada sebuah instusi, untuk menjaga dan menginterpretasikan materi dari warisan ilmu seseorang.

Kata museum dihidupkan kembali pada abad 15 oleh bangsa Eropa sebagai deskripsi koleksi Lorenzo de Medici di Florence. Tetapi arti konsepnya lebih komprehensif daripada mengacu pada sebuah gedung.

Pada abad 17, museum lalu digunakan oleh bangsa Eropa sebagai koleksi barang antik. Contohnya adalah sebutan museum untuk loleksi Ole Worm di Kopenhagen dan koleksi John Tradescant di Lambeth (sekarang London). Katalog dari koleksi ini dipublikasi pada tahun 1656, yang berdujul Museaeum Tradescantianum. 

Koleksi tahun 1675 yang berisi berbagai properti Elias Ashmole, lalu ditransfer ke Universitas Oxford. Sebuah gedung dibangun untuk menyimpan koleksinya, dan segera dibuka ke publik pada tahun 1983, dengan nama Museum Ashmolean.

Walau terdapat dua arti saat kata museum diresmikan oleh legislasi pada tahun 1753, didirikannya Museum British adalah ide sebuah institusi yang bernama museum. Gedung ini digunakan untuk menjaga dan memamerkan koleksi pada publik, dan cukup ditanggapi oleh publik pada abad 18 tersebut.

Denis Diderot sempat membahas skema mendetail mengenai museum nasional Perancis pada volume ke sembilan ensiklopedia karyanya, yang dirilis tahun 1765. Penggunaan kata museum pada abad 19 hingga 20 mengacu pada gedung berisi materi budaya yang dapat diakses oleh publik. 

Berikutnya, museum terus merefleksikan gagasan budaya masyarakat yang membuatnya, sehingga tidak perlu mendirikan gedungnya. Museum terbuka adalah beberapa bangunan yang berisi obyek dan museum ramah lingkungan, yang termasuk interpretasi dari seluruh aspek lingkungan luar ruangan.

Contoh lainnya adalah museum virtual, yang berbentuk elektronik di dalam internet. Walau museum virtual menyajikan kesempatan dan manfaat yang menarik untuk museum yang telah ada, mereka tetap tergantung pada koleksi, preservasi, dan interpretasi materi yang berada di museum nyata.

Kajian Studi Museologi dan Museografi

Identifikasi yang jelas mengenai peran museum untuk masyarakat, maka dikembangkan teori dan kajian studi museum yang dikenal sebagai Museologi. Walau begitu, perkembangan teorinya tidak begitu cepat.

Pegawai museum selalu berpengalaman dari terlatih dari disiplin ilmu yang berkaitan dengan koleksinya, karena itu mereka cukup memahami seluruh isi, penerapan, dan perannya bagi masyarakat.

Hasilnya, seluruh aspek praktis pekerjaan museum, seperti konservasi dan pameran, dicapai dengan meminjam dari disiplin dan teknik ilmu lain, walau materi tersebut tidak terkait langsung dengan museum dan publik yang mengunjunginya.

Karena itu, pengembangan teori Museologi menjadi lambat, jadi teori penerapan prakteknya yang dikenal sebagai Museografi, ikut melambat pula. Museum lalu mengalami konflik tujuan, akibat kurangnya identitas yang jelas.

Lalu, metode pelatihan pegawai magang pun menyediakan sedikit kesempatan bagi gagasan baru. Situasi ini terus terjadi hingga organisasi lain akhirnya mulai berkoordinasi, mengembangkan, dan mempromosikan museum.

Dalam beberapa kasus, museum diorganisir per bagiannya atau secara total sebagai bagian dari layanan pemerintah. Di lainnya, asosiasi profesional dibentuk, dan menambah impetus (dorongan) agar universitas dan kampus bertanggung jawab untuk pelatihan dan penelitian museum.

Kata praktek museum memiliki sejarah yang cukup terhormat, walau banyak yang keliru. Padahal, Emanuel Mendes da Costa menyatakan kata Museografis dalam jurnal berjudul Elements of Conchology yang rilis tahun 1776. Kata Museografis mengacu pula dari Zeitschrift für Museologie und Antiquitätenkunde (Journal of Museology and Antique Studies) di tahun 1881.

Istilah kata Museologi dan Museografi telah digunakan oleh banyak literasi, dengan kecenderungan mengartikan Museologi sebagai teori sekaligus praktek museum, khususnya di negara berbahasa utama Inggris.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Negara Mengakui Kedaulatan Negara Palestina saat Majelis Umum PBB

Sejarah Awal Terbentuknya Pariwisata Sebagai Komoditas Budaya

Contoh Kasus Obat Resep Dokter Berujung Adiksi Heroin

Animasi 2D Mantap dari Indonesia ala Panji Tengkorak

Komedi Horor ala Sunda di Film Kang Solah From Kang Mak X Nenek Gayung

Timo Tjahjanto Menyutradarai Film Nobody 2

Fitur Keamanan Instagram dan Youtube Bagi Anak Kecil dan Remaja

Sungai Sebagai Bagian Peradaban Manusia

Cara Louis Braille Merelovusi Sistem Penulisan Aksara

Gejala dan Pencegahan Demam Berdarah