Ramainya KAGAMA Karawitan Saat Osaka Expo di Jepang
![]() |
| Foto KAGAMA Karawitan saat manggung di Osaka Expo, Jepang (KAGAMA). |
Gamelan adalah alat kesenian tradisional dari Indonesia, yang khususnya dari Pulau Jawa. Kentara terlihat di banyak seni tradisional Pulau Jawa, dari Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah hingga Jawa Timur, Gamelan adalah khas musik tradisional yang telah menjadi bagian dari jiwa bagi warganya.
Dilansir dari Dinas Kebudayaan Yogyakarta, Gamelan adalah alat musik yang dipukul, dan awalnya disebut dengan nama gembelan. Seiring berubahnya istilah, digembel-gembel artinya adalah dipukul-pukul dari bahasa Jawa. Perkembangannya pun berubah nama menjadi Gamelan.
Hingga kini, Gamelan sebagai musik perkusif dilaksanakan dalam berbagai acara ritual, keagamaan, pendidikan, media penerangan, hingga kawinan.
Gamelan yang disatukan dalam satu acara biasa disebut sebagai Karawitan, yang diselenggarakan dalam suatu pergelaran seni. Kadang di Jawa Barat, bersama sejenis Longser, berisi sebuah cerita lucu mengenai budaya khas Sunda.
Nah, di pertengahan bulan Oktober ini, tepatnya 13 Oktober lalu di Osaka Jepang, diselenggarakan pula Karawitan dari kelompok seni KAGAMA alias Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada. Acara ini dilaksanakan saat Osaka Expo, ditengah panggung paviliun Indonesia, dan telah dimulai sejak 13 April lalu.
Seni memang sebuah bentuk diplomasi budaya di panggung dunia, khususnya di Jepang melalui Osaka Expo tersebut.
"Karawitan adalah cerminan harmoni dan kedalaman budaya Jawa. Kami bangga bisa mempersembahkan (karawitan) ini di panggung dunia," ujar salah seorang pengrawit KAGAMA di Osaka Expo, seperti dilansir dari situs KAGAMA.
Seperti pada perilisan beritanya, KAGAMA mengisahkan pula maksud dari KAGAMA Karawitan di Osaka Expo 2025.
"Di tengah arus globalisasi dan teknologi, alunan gamelan dari KAGAMA Karawitan di Osaka Expo 2025 menjadi pengingat bahwa akar budaya adalah fondasi yang tak tergantikan dalam membangun masa depan yang harmonis," ujar KAGAMA melalui perilisan beritanya.
KAGAMA sebagai kelompok seni karawitan gamelan memang telah membumbung dunia, dengan sering mengisi berbagai acara di banyak negara. KAGAMA bahkan sempat mengisi panggung di New York, AS, pada tahun 2024, dan Cekoslovakia pada tahun 2023.
Sedikit Pendapat dari Otaku
Akulturasi seni budaya tradisional Indonesia dan Jepang memang telah berjalan sejak lama. Geinoh Yamashirogumi adalah kelompok seni dari Jepang, yang dilengkapi oleh warga asli Jepang dengan kemampuan seni gamelannya.
Hingga kini, Geinoh Yamashirogumi masih berkarya sebagai kombo musik tradisional Jepang dan Indonesia, yang mengisi berbagai karnaval dan musik di Jepang.
Geinoh Yamashirogumi sempat membuat sebuah mahakarya berjudul Kaneda, yaitu sebuah lagu kombinasi antara gamelan Indonesia dan musik Noh dari Jepang. Kaneda adalah lajur bunyi resmi dari film anime terbesar pada tahun 1988 lalu, yaitu Akira.
Mengacu pada film anime Akira itu sendiri, ceritanya berlatar cyberpunk dystopia, dimana dunia dikendalikan oleh totaliter militer, dengan banyak perusahaan yang saling membasmi satu sama lain, dan seluruh kekayaan budaya adat manusia hilang seketika, yang memicu sifat ekstrem manusianya.
Akira pun dibesar-besarkan beberapa tahun terakhir, dengan berbagai konspirasi mengenai banyak latar ceritanya yang terjadi di dunia nyata. Akira memang mengisahkan jaman tahun 2010an hingga tahun 2020an.
Nah, justru yang terjadi sekarang, adalah perbedaan yang sangat kentara di dunia seni dan nyata. Walau banyak berita yang berujung ekstrem, seluruh dunia justru semakin erat hubungannya melalui berbagai kerjasama di nyata maupun maya.
Kisah dunia dengan latar di film Akira pun tidak terjadi, dan semoga tidak pernah terjadi, karena mengacu pada ekstremisme manusia, yang mungkin hanya terjadi di ranah fiksi saja.
Melampir dari banyak karya seni populer (pop art) modern saat ini, yang sering 'menerobos' batas aturan dan budaya, memang karya 'gimmick' para punggawa seni yang sering dipolitisasi oleh berbagai pihak tertentu dibelakangnya (!)

Komentar
Posting Komentar