Peneliti Jerman Berhasil Menemukan Antibodi Ampuh untuk Melawan HIV/AIDS
![]() |
| Lambang HIV/AIDS melalui tangan (Freepik). |
Di seluruh dunia, 44 juta warga meninggal dunia akibat terjangkit penyakit HIV/AIDS, yaitu penyakit yang telah terdeteksi sejak tahun 1981 lalu, dan dikenal resmi sejak tahun 1983. Dilansir dari Yahoo News, AIDS adalah adalah epidemi terburuk dalam sejarah manusia.
Jumlah kematian akibat AIDS telah berkurang dalam beberapa tahun terakhir, dengan berbagai kampanye kesadaran, edukasi, dan pencegahan AIDS. Namun, banyak warga tetap meninggal akibat penyakit ini.
Pada tahun 2024, organisasi cabang PBB bernama UNAIDS menyatakan bahwa jumlah kematian akibat AIDS di seluruh dunia mencapai 630 ribu jiwa.
Penemuan baru antibodi melawan HIV dari Universitas Rumah Sakit Cologne di Jerman, telah menambah harapan dalam melawan virus yang terus merambah di horison bumi.
Lebih dari 800 Antibodi Dites Melawan HIV
Tim peneliti yang dikepalai oleh Florian Klein, yaitu Direktur dari Institut Virologi di Cologne, telah mengecek sampel darah dari 32 partisipan yang terjangkit HIV.
Namun, mereka memiliki antibodi yang kuat dan efektif untuk melawan virus, dari dalam tubuh mereka sendiri dan tanpa interfensi bantuan medis. Tim peneliti lalu mengetes lebih dari 800 antibodi berbeda dari sampel darah mereka, untuk mengecek kemampuannya melawan infeksi HIV.
Satu sampel darah diantaranya yang bernama 04_A06, berhasil mencengangkan tim peneliti. Antibodi tersebut mengeblok lokasi dimana virus menempel pada sel, saat pasiennya terinfeksi.
Ketika virus memasuki sel, maka sel akan terprogram ulang untuk mereproduksi virus, tetapi melemahkan sistem kekebalan tubuh dalam jangka panjang.
Antibodi dalam sistem kekebalan tubuh diproduksi oleh B limfosit, atau biasa disebut sel B. Ketika sel B mendeteksi pathogen, maka berubah menjadi sel plasma yang menghasilkan antibodi.
Peneliti berhasil membongkar sandi cetak biru dari antibodi milik 04_A06, sehingga mereka dapat mereproduksi ulang antibodi ini.
"Dengan mereka ulang cetak biru antibodi tersebut, lalu mentransfernya pada sel di laboratorium, dengan menggunakan sel lainnya, maka antibodi (mungkin) akan terproduksi," ujar Klein.
Pencegahan dan Perawatan HIV melalui Antibodi 04_A06
Dengan eksperimen pada tikus yang terinfeksi HIV, antibodi 04_A06 berhasil menetralisir mayoritas infeksi HIV. Totalnya, peneliti berhasil melaksanakan eksperimen dengan 340 varian HIV, termasuk diantaranya yang hampir kebal atas antibodi lainnya.
"HIV memiliki keberagaman genetik yang banyak, sehingga setiap virusnya berbeda satu sama lainnya. Karena itu sangatlah sulit untuk merawat HIV," ujar Klein. Namun, antibodi 04_A06 berhasil menetralisir 98 persen varian HIV yang sempat dites.
Peneliti menyatakan bahwa antibodi 04_A06 mungkin dapat membantu pasien yang telah terjangkit HIV, karena sanggup menahan akses virus pada sel tubuh.
"Antibodi 04_A06 menempel pada protein virus, sehingga virus tidak akan menginfeksi sel target utamanya," ujar Klein. Ditambah lagi, virus yang diblok oleh 04_A06, teridentifikasi lebih baik dan secara aktif dibasmi oleh sistem kekebalan tubuh.
Peneliti berharap bahwa antibodi 04_A06 dapat mencegah pula infeksi HIV. "Antibodi 04_A06 mencegah virus sebelum mereka dapat menginfeksi sel dan melipat gandakan jumlahnya dalam tubuh," ujar Klein.
Berarti, antibodi 04_A06 dapat bertindak sebagai imunisasi pasif. Imunisasi aktif adalah berbentuk vaksin, saat tubuh dapat memproduksi antibodinya sendiri. Namun, hingga sekarang belum ada satupun vaksin HIV.
Kondisi Pengembangan Vaksin dan Perawatan HIV
Kajian mengenai vaksin HIV berdasarkan pada teknologi mRNA, yang kini tengah dilancarkan oleh peneliti, bertujuan untuk mensimulasi respon kekebalan tubuh pada protein HIV.
Protein tersebut adalah bagian luar virus, dan mirip dengan virus penyebab COVID-19, memiliki protein berbentuk paku diluarnya. Protein berbentuk paku ini dapat menempel pada sel dan menginfeksi pasiennya. Tetapi, metode ini hanya baru dites pada satu varian HIV saja.
Klein menyatakan bahwa sulit agar tubuh dapat memproduksi antibodi efektif, yang secara luas dapat menetralisir HIV melalui vaksin.
Berbagai obat-obatan seperti pil atau suntikan disarankan sebagai tindakan profilaktik melawan infeksi HIV. Metode tersebut cukup sukses, namun tablet harus diminum setiap harinya.
Terdapat pula obat profilaksis yang disuntik dan berjangka panjang, contohnya adalah lenakapavir atau kabotegravir, yang menciptakan fungsi 'gardu' pada tubuh. Gardu ini lalu merilis zat aktif secara lambat, sehingga pasien hanya membutuhkan dua suntikan pertahun.
Klein menyatakan gagasan dibalik antibodi profilaksis 04_A06, "Yaitu pasien dapat mengonsumsinya tanpa tablet, tetapi penerimanya 90 persen kebal melawan infeksi (HIV)." Antibodi profilaksis menggunakan 04_A06 yang disuntikan setiap enam bulan sekali, mirip dengan lenakapavir.
Alternatif dari Antibodi 04_A06
Sebelumnya, peneliti telah menemukan antibodi lain yang efektif dalam menetralisir HIV. Namun, Alexandra Trkola sebagai Direktur dari Institut Virologi Medis di Universitas Zurich, menyatakan bahwa, "04_A06 sangatlah berpotensi mewakili seluruh antibodi untuk melawan HIV."
Potensi antibodi menentukan seberapa banyak atau sedikit, dari berbagai antibodi berefek kuat. Sangatlah penting bahwa penemuan di Cologne dapat menjadi obat yang disuntik kepada pasien. Potensinya menentukan pula seberapa sering pasien perlu disuntik.
"Secara teori, 04_A06 dapat menjadi efisien dengan kombinasi berbagai antibodi," ujar Trkola, yang bukan bagian dari penelitian di Cologne.
Menurut Christoph Spinner, Kepala Infeksiologi dari Klinikum rechts der Isar di Universitas Teknik Munich (TUM), 04_A06 tetap membutuhkan beberapa lama sebelum menjadi obat.
"Penelitian di Cologne saat ini baru mengecek hasil data laboratorium. Jadi, efektifitasnya tidak langsung ditransfer ke dunia nyata," tambah Spinner yang juga tidak ikut meneliti langsung penelitian 04_A06 ini.
"Kajian berkelanjutan mengenai dosis, toleransi tubuh pasien, dan efisiensi perlu dilaksanakan pula," tutup Spinner.
Trkola setuju dengan kemungkinan bahwa antibodi tersebut akan tetap ampuh saat penerapan klinis, namun tetap memberikan sinyal bahwa potensi 04_A06 adalah menjanjikan.

Komentar
Posting Komentar