Kebocoran Data Setiap Bulannya Oleh Peretas di Korea Selatan
![]() |
| Ilustrasi peretas yang suka menerobos dunia maya hingga nyata (Freepik). |
Korea Selatan terkenal dengan kecepatan internetnya, cakupan pita lebarnya yang universal, dan pemimpin inovasi digital seperti Hyundai, LG, dan Samsung. Namun seperti dilansir dari TechCrunch, kesuksesan Korea Selatan mengakibatkan negara ini ditarget utama para peretas, yang mengekspos rentannya keamanan siber.
Korea Selatan selayaknya umpan bagi peretas berkaliber tinggi, dengan merusak perusahaan kartu kredit, startup teknologi, telekomunikasi, dan agensi pemerintah yang mempengaruhi langsung luasnya populasi Korea Selatan.
Pada setiap kasusnya, kementerian dan ahli hukum kesulitan menanggapi paralel ini, bahkan saling menyalahkan satu sama lainnya daripada bersatu melawan peretas.
Kritikus berpendapat bahwa pertahanan siber Korea Selatan digagalkan oleh sistem yang terpecah belah di Kementerian dan Agensi Pemerintah, sehingga respon penanggulangannya menjadi lambat dan tidak terkoordinasi.
Dengan tidak adanya agensi pemerintah sebagai penindak pertama serangan siber, pertahanan siber Korea Selatan mengalami kesulitan, dan tidak sesuai dengan keberhasilan ambisi digitalnya.
"Pendekatan pemerintah (Korea Selatan) pada keamanan siber tetaplah reaktif, yaitu sebagai pengelolaan masalah krisis daripada infrastruktur kritis nasional," ujar Brian Pak, Kepala Eksekutif perusahaan keamanan siber Theori dari ibukota Seoul.
Pak yang sekaligus menjabat sebagai penasihat komite inovasi keamanan digital dari induk perusahaan Telecom SK, menyatakan bahwa agensi pemerintah keamanan siber justru bekerja secara terisolasi, dengan pengembangan pertahanan digital dan pelatihan pegawai ahli yang kurang diperhatikan.
"Alasannya adalah pendekatan (pemerintah) saat ini tertahan oleh pengembangan para pekerjanya. Kurangnya ahli menyebabkan siklus yang berbahaya. Tanpa ahli yang cukup, tidak mungkin untuk mengembangkan dan menjaga pertahanan proaktif yang dapat menghalau serangan siber," ujar Pak.
Menurut Pak, jalan buntu secara politis ini telah menghambat teknik perbaikan saat menghadapi krisis, sementara pengembangan keamanan digital selalu dikesampingkan.
Tahun 2025 saja, terjadi insiden serangan siber masif hampir setiap bulannya di Korea Selatan. Insiden ini makin menyulitkan masalah keamanan infrastruktur digital di Korea Selatan.
Serangan Siber Korea Selatan pada Januari 2025
GS Retail adalah perusahaan grosir dan toserba besar di Korea Selatan, yang mengkonfirmasi bocornya 90 ribu data konsumen, setelah situsnya diserang dua kali pada tanggal 27 Desember 2024 dan 4 Januari lalu. Informasi yang dicuri diantaranya adalah nama, tanggal lahir, detail kontak, alamat, dan surel konsumen.
Serangan Siber Korea Selatan pada Februari 2025
Wemix adalah anak perusahaan dari Wemade, yang diretas dananya sebesar 8,7 Milyar Won Korea pada tanggal 28 Februari lalu, namun para investor baru mengetahuinya pada tanggal 4 Maret.
Serangan Siber Korea Selatan pada April dan Mei 2025
Situs pencari kerja Albamon diretas pada tanggal 30 April, yang mengakibatkan 20 ribu resume bocor, termasuk diantaranya adalah informasi nama, nomor telepon, dan alamat surel.
Pada bulan yang sama, perusahaan besar telekomunikasi SK Telecom diserang siber secara masif. Para peretas berhasil merebut data dari 23 juta konsumen, yaitu setengah dari populasi Korea Selatan. Masalah insiden ini berlangsung hingga bulan Mei, saat jutaan konsumen diberikan nomor kartu SIM ponsel baru untuk menanggulangi kebocoran data.
Serangan Siber Korea Selatan pada Juni 2025
Yes24 adalah perusahaan tiket daring dan retail, yang diserang ransomware pada tanggal 9 Juni lalu. Insiden ini menyebabkan layanan mati selama empat hari, yang baru kembali daring pada pertengahan bulan Juni.
Serangan Siber Korea Selatan pada Juli 2025
Pada bulan Juli, kelompok Kimsuky dari Korea Utara meluncurkan serangan siber ke Korea Selatan, termasuk diantaranya kepada institusi pertahanan negara. Kali ini, serangannya adalah gambar deepfake AI.
Gambar palsu tersebut digunakan sebagai usaha Korea Utara untuk melawan organisasi militer Korea Selatan, yang termasuk diantaranya adalah berbagai institusi yang terkait.
Seoul Guarantee Insurance (SGI) adalah perusahaan finansial Korea Selatan yang diserang ransomware pada tanggal 14 Juli, sehingga menyebabkan inti utama sistemnya terganggu. Insiden ini menyebabkan berbagai layanan utama mati, termasuk diantaranya adalah masalah verifikasi garansi, yang menyebabkan konsumen menjadi gamang.
Serangan Siber Korea Selatan pada Agustus 2025
Yes24 menghadapi serangan ransomware kedua pada Agustus 2025 lalu, yang menyebabkan situs dan layanannya mati selama beberapa jam.
Peretas menyerang layanan finansial bernama Lotte Card, yang berkecimpung dalam kartu kredit dan debit, pada tanggal 22 Juli hingga Agustus lalu. Kebocoran data mencapai 200 gigabytes dan mempengaruhi sekitar 3 juta konsumen. Kebocoran data tidak diketahui hingga 17 hari lamanya, dan baru dikonfirmasi pada tanggal 31 Agustus lalu.
Welrix F&I sebagai anak perusahaan dari Grup Welcome Financial, diserang oleh serangan ransomware. Peretas dari Rusia mengklaim telah mencuri data internal sebanyak satu terabyte, termasuk diantaranya adalah data konsumen yang sensitif, dan bahkan membocorkannya ke darkweb.
Peretas dari Korea Utara yang masih dianggap dari Kimsuky, telah memata-matai kedutaan luar negeri di Korea Selatan selama berbulan-bulan lamanya. Caranya adalah dengan mengirimkan surel diplomasi secara rutin. Menurut Trellix, operasi miltan peretas ini telah aktif sejak Maret 2025 lalu dan menargetkan setidaknya 19 kedutaan dan kementerian luar negeri di Korea Selatan.
Serangan Siber Korea Selatan pada September 2025
KT adalah satu dari perusahaan telekomunikasi terbesar di Korea Selatan, yang melaporkan kebocoran data dari 5.500 pelanggannya, akibat stasiun palsu ilegal yang terhubung dengan jaringan KT.
Akibat terhubung, peretas dapat mengganggu jalur komunikasi seluler, mencuri informasi mengenai IMSI, IMEI, dan nomor ponsel, hingga bahkan melaksanakan pembayaran mikro tanpa izin.
Penanggulangan Pemerintah Korea Selatan atas Serangan Siber
Setelah berbagai insiden peretasan di Korea Selatan, Kantor Keamanan Nasional akhirnya meningkatkan pertahanan digital, dengan mendorong koordinasi antara kementerian dan agensi pemerintah, saat merespon serangan siber.
Pada September 2025, Kantor Keamanan Nasional menerapkan sistem keamanan siber komprehensif melalui rancangan antar agensi pemerintah, yang dipimpin oleh Kantor Kepresidenan (Kabinet) Korea Sleatan.
Pembuat kebijakan (parlemen) akhirnya merubah aturan hukum untuk mendukung kemampuan pemerintah dalam meluncurkan sistem pertahanan saat terjadi indikasi gangguan keamanan siber, bahkan jika perusahaannya belum melaporkan insiden peretasan. Kebijakan ini ditujukan sebagai penindak pertama saat terjadi gangguan keamanan siber.
Menurut Pak, sistem pemerintahan Korea Selatan tetap saja terpisah, dengan fase memusatkan otoritas keamanan siber pada posisi kabinet (pemerintah pusat), dapat menciptakan resiko politisasi dan totaliter.
Metode yang lebih baik adalah dengan kesimbangan, yaitu sebuah badan terpusat yang membuat strategi dan berkoordinasi saat krisis tiba, dengan pandangan ahli independen, agar kekuasaan yang berlaku tidak semena-mena.
Menurut Pak, model hibrida ini dapat melancarkan agensi ahli informatika seperti KISA untuk menanggulangi urusan teknis, namun dengan aturan dan tanggung jawab yang lebih langsung.
Jurubicara dari Kementerian Sains Korea Selatan menyatakan bersama KISA dan berbagai agensi lainnya bahwa, "Kami akan terus berkomitmen dalam usaha menanggulangi ancaman siber yang semakin canggih dan maju. Kami terus bekerja dengan giat demi mengurangi potensi gangguan kepada warga dan bisnis Korea Selatan."

Komentar
Posting Komentar