Adu Tarif Kembali Diramaikan Negara Besar AS dan China


Ilustrasi adu tarif AS vs China (Freepik).

Hanya satu bulan menjelang kesepakatan baru antara AS dan China, kedua negara malah berulah kembali dengan merubah kebijakan menghadapi lawan perang dagangnya, seperti dilansir dari The Guardian.

China kembali membuat batas atas kebijakan ekspor mineral mentah pentingnya, sehingga mengakibatkan Presiden AS Donald Trump kembali menaikkan tarif impor produk dari China menjadi 100 persen.

Dimulainya Kembali Perang Dagang AS dan China

Pada hari Kamis (16/10), Kementerian Perdagangan China kembali menambah batas atas eskpor mineral langka, yang menyebabkan kekhawatiran nasional.

China membatasi rantai suplai dari mineral langka, yang biasa digunakan oleh konsumen elektronik dari perusahaan mobil hingga alutsista, dan menyebabkan perang dagang akhirnya terjadi. China memproduksi lebih dari 90 persen mineral bumi olahan dan mengendalikan sekitar 70 persen tambang dunia.

Trump meresponnya dengan menyebut bahwa keputusan China adalah bentuk ancaman, dan mengumumkan langsung tarif impor 100 persen pada produk dari China.

Saat 25 September lalu, tarif impor produk China menuju AS mencapai 58 persen, sementara sebaliknya mencapai 33 persen. Tarif yang mencapai 150 persen telah diterapkan kembali, tetapi ditunda hingga 10 November mendatang, saat batas waktu kesepakatan dagang keduanya dirapatkan kembali.

Pengumuman pembatasan ekspor mineral China tidak datang begitu saja. Bulan lalu, Washington mengumumkan untuk mengurangi eskpor bahan pembuat Chip menuju China, agar AS dapat bersaing dengan industri semikondukter milik China.

Momen ini bukan pertama kalinya Beijing mengendalikan ekspor mineral langka. Pada bulan April lalu dengan kebijakan yang sama, menyebabkan banyak industri manufaktur melambat. Untuk sementara, kebijakan ini ditunda selama beberapa bulan terakhir.

"Beijing dengan efektif mengaktifkan kembali wacana bulan Aprilnya, yang menyebabkan negosiasi dagang dengan AS perlu direka ulang, daripada menunggu dengan pasif pada rapat berikutnya," ujar Hutong Research, penasihat pasar dari Beijing dan Shanghai.

Beberapa Ketegangan Ekonomi antara AS dan China

Selama beberapa bulan terakhir, AS dan China sebenarnya telah mencair kembali dalam kerjasama dagangnya.

Pada bulan September, AS dan China mencapai kesepakatan dalam menerapkan media sosial TikTok milik China, yang dilarang di AS, akibat ByteDance selaku pemiliknya tidak berinvestasi di AS.

Setelah rapat di Madrid, Spanyol, Beijing dan Washington akhirnya setuju agar portal TikTok khusus di AS akan dimiliki oleh perusahaan dari AS. China menganggap kesepakatan ini adalah sama-sama menang. Trump dan Presiden China Xi Jinping bahkan sempat saling menelepon satu sama lain.

Kabar baik mengenai kesepakatan tersebut menyebabkan beberapa anggota parlemen AS berkunjung ke China, pertama kalinya sejak 2019 lalu. Mereka bertemu dengan Perdana Menteri Li Qiang, dan berdiskusi untuk 'mencairkan suasana.'

Tetapi tidak semua berakhir baik. Selain ketidakpahaman akses pembuatan chip, China dan AS telah bersitegang mengenai China yang membeli minyak dari Rusia, dan menolak impor kedelai dari AS.

Akibat adu tarif pertama Trump pada masa jabatan pertamanya tahun 2018 lalu, China memang telah mengurangi ketergantungan komoditas kunci dari AS.

Trump dan XI akan bertemu saat rapat Apec di Korea Selatan, yang dimulai pada akhir Oktobe ini. Terdapat rumor bahwa Trump akan mengunjungi Beijing, Januari 2026 mendatang, yang mungkin dibatalkan akibat kisruh baru ini.

"Saya akan bertemu dengan Presiden China Xi saat akhir bulan, saat rapat Apec di Korea Selatan, tetapi sekarang tampaknya tidak ada alasan untuk melaksanakannya," ujar Trump melalui media sosial Truth Social, pada hari Jumat (18/10) lalu.

Reaksi Pasar

Pasar AS langsung panik mengenai kabar dimulainya kembali adu tarif dengan China, yang ditanggulangi oleh Trump dengan pernyataannya pada hari Minggu (19/10) lalu. "AS ingin membantu China, tanpa melukainya," ujar Trump, yang dianggap media AS sebagai langkah pengecut.

Tetapi kini pasar tengah menunggu reaksi Beijing atas tarif baru dari AS. Pada hari Minggu, Kementerian Perdagangan menyatakan bahwa mereka akan melaksanakan seluruh kebijakan yang melindungi hak dan minat China.

China mungkin saja membatalkan kesepakatan TikTok, yang akan merusak dari segi politik daripada finansial dan kenaikan tarifnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Negara Mengakui Kedaulatan Negara Palestina saat Majelis Umum PBB

Sejarah Awal Terbentuknya Pariwisata Sebagai Komoditas Budaya

Contoh Kasus Obat Resep Dokter Berujung Adiksi Heroin

Animasi 2D Mantap dari Indonesia ala Panji Tengkorak

Komedi Horor ala Sunda di Film Kang Solah From Kang Mak X Nenek Gayung

Timo Tjahjanto Menyutradarai Film Nobody 2

Fitur Keamanan Instagram dan Youtube Bagi Anak Kecil dan Remaja

Sungai Sebagai Bagian Peradaban Manusia

Cara Louis Braille Merelovusi Sistem Penulisan Aksara

Gejala dan Pencegahan Demam Berdarah